gasinexmotor
Minggu, 20 Maret 2011
Sabtu, 19 Maret 2011
Jakarta - Saat ini, di jalanan mata kita sudah terbiasa melihat wanita menggunakan motor skutik atau motor keluaran baru. Tapi motor jadul? Tunggu dulu, sangat jarang.
Memiliki kendaraan tua namun masih mampu diajak jalan jauh, memang suatu kebanggaan tersendiri. Terlebih lagi yang mengendarai seorang perempuan.
Hal inilah yang menjadi alasan Nevia Senja (22), untuk tetap mengendarai motor Jerman DKW Junior 125 cc.
"Kalau memakai motor tua itu, pasti lebih berkharisma. Terlebih lagi jarang sekali seorang cewe, mau mengendarai kendaraan tua seperti ini," ucap nevia.
Memang anggota wanita satu-satunya dari Brotherhood Chapter Jakarta ini, juga mengakui betapa susahnya di saat motor sedang ngadat.
"Untuk mendapatkan motor 2 Tak DKW Junior 125cc ini, saya harus rela menabung uang saya. Tapi tidaklah mengapa karena saya sangat suka dengan motor tua, dan rencananya saya mau mengganti motor saya dengan motor Norton 350cc tahun 1956," ucap gadis bertato ini.
Dara cantik ini juga mengaku, sangat senang bisa bergabung dengan Brotherhood semenjak tahun 2007.
"Di sini itu sangat kental persaudaraannya, bahkan hubungannya melebihi saudara sendiri. Dan saya tidak pernah merasa takut berada disini, karena di sini banyak saudara saya. Terlebih lagi berada dalam brother itu tidak membedakan satu sama lain, semua yang berada di sini itu sama," kata anak semata wayang ini.
Saat ditanya bagaimana harapannya terhadap brotherhood, dara muda yang baru lulus kuliah ini pun menjawab dengan tegas. "Semua harapan saya sudah terwujud. Dan lagi pula Brotherhood itu sudah besar," tutup dara ini sambil tersenyum.
( ddn / ddn )
Pesantren - Pondok Pesantren Modern Al-Quran Pekalongan
motor You Are Here: Home - Pesantren - Pondok Pesantren Modern Al-Quran Pekalongan
Pondok Pesantren Modern Al-Quran Pekalongan
Posted by Definisi on 23:24 // 1 komentar
Kecintaan terhadap Al Qur’an dan cita-cita seorang Ulama Khafidzul Qur’an yang diprakarsai oleh KH Syafi’i Abdul Majid Al Hafidz yang menginginkan berdirinya sebuah Pondok Pesantren khusus Al Qur’an di Kota Pekalongan, tahun 1975 dapat terwujud.
Sebagai seorang ulama kharismatik sekaligus seorang tokoh koperasi, beliau dapat menjalin kerjasama dengan berbagai tokoh masyarakat dan tokoh koperasi lainnya, seperti H.A. Djunaid dan KH.Ghofar Ismail untuk membantu mewujudkan cita-citanya. Sehingga pada 22 September 1975 Pondok Pesantren yang diberi nama : Pondok Pesantren Al Qur’an Buaran dapat diresmikan oleh Menteri Agama RI, Prof.Dr.KH.A.Mukti Ali.
Pada saat berdirinya yang menjadi pegangan pengajaran di pondok pesantren tersebut khusus ilmu-ilmu Al Qur’an seperti : Ulumul Qur’an, Tahfidhul Qur’an, ilmu Qiro’ah, Qiroatussab’ah, Tafsir, Tarikh Al Qur’an, Khothul Qur’an dan lain-lain.
Keinginan yang mulia tersebut mendapat sambutan yang hangat dari para ulama lainnya sekaligus mereka merupakan pengasuh utama sejak awal pendiriannya, antara lain : K.Sonhadji Abu Bakar, KH. Sa’dullah Dahlan Al Hafidz, K. Irfan said Al Hafidz, KH.Mudzakir Asyhuri, KH.Anwar Fathoni, Ustadz Yusuf Anggawi, KH Ghufron Ahid, KH.Lukni Maulana, Drs.A.Palal Irsyad, Asysyaikh Abdul Qodir Abdul Adhim Mesir.
Sepeninggal para pendiri untuk menyusuaikan perkembangan dan perubahan waktu, Pondok Al Qur’an Buaran merubah kelembagaannya menjadi yayasan. Dan dibawah Ketua yayasan pondok pesantren yang sekarang H.A.Zaky Arslan Djunaid, Pondok Pesantren Al Qur’an Buaran mulai memperluas lokasinya, termasuk lokasi diluar yang semula, yaitu di Kelurahan Buaran, Jalan Pelita 2 dengan luas tanah 4 hektar.
Dan atas kesepakatan bersama Pondok Pesantren Al Qur’an Buaran dirubah menjadi Pondok Pesantren Modern Al Qur’an Buaran Pekalongan, dengan lokasi dan fasilitas yang lebih memadai seperti asrama pondok putra dan putri representatif dengan dilengkapi Masjid jami’, Rumah Kiyai, Gedung Pertemuan, Rumah Sakit, Kantin, sarana Olah Raga, Miniatur Ka’bah dan Lokasi Peragaan Haji, sehingga seolah-oleh terwujudnya Islamic Centre yang berada di kota Pekalongan.
Label: ponpes